OPINI

Luka Dibalik Penyematan Pin Emas Oleh Menteri ATR/BPN Untuk Polda Jambi.

×

Luka Dibalik Penyematan Pin Emas Oleh Menteri ATR/BPN Untuk Polda Jambi.

Sebarkan artikel ini

DISTRIKBERITA.COM| Tepat di hari Rabu, 08 November 2023 Kapolda Jambi menerima langsung penyematan pin emas oleh Menteri Agraria Dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional (Kementrian ATR/BPN) Bapak Hadi Tjahyanto dalam acara rapat koordinasi pencegahan dan penyelesaian tindak pidana pertanahan di hotel grand mercure,Jakarta Pusat.

Penyematan pin emas adalah salah satu bentuk penghargaan Kementrian ATR/BPN kepada Polda Jambi dalam penanganan tindak pidana pertanahan di Provinsi Jambi.

Sedangkan pada tanggal 25 Agustus 2023 Menteri ATR/BPN mengingatkan bahwa Jambi berada di posisi ke 3 Konflik Agraria terbanyak di Indonesia,dimuat dalam media CNN Indonesia.

Apalagi belakangan ini kasus penanganan agraria dijambi menjadi perbincangan hangat yang bersebaran di media sosial atas perbuatan Aparat Polda Jambi tidak humanis terhadap masyarakat jambi yang bekonflik.

Mulai dari kasus pembubaran paksa warga teluk raya,Dusun Pematang Bedaro, Kecamatan Kumpe Ulu,Kabupaten Muaro Jambi yang sedang membaca Yasin memperingati Tahun baru Islam 1445 H memiliki catatan konflik dengan PT. Fematang Indah Lestari (FPIL).

Dan juga dugaan penangkapan paksa Petani anggota 4 Kelompok Tani Hutan (KTH) di Ex Hak Guna Usaha (HGU) PT. Ricky Kurniawan Kertapersada (RKK) telah dibatalkan berdasarkan Putusan Tata Usaha Negara Jambi No : 18/G/2012/PTUN.JBIjo Putusan Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara Medan No:21/B/2013 PT.TUN-MDN jo Putusan Mahkama Agung No:336/K/TUN/2013,jo Putusan Peninjauan Kembali No: 105 PK/TUN/2014. Atas gugatan PT.Wirakarya Sakti (PT.WKS) karena berada pada lahan konsesi hutan tanaman industri PT.WKS seluas kurang lebih 2.391 Ha.

PT.RKK yang kalah Di Pengadilan atas gugatan PT.WKS telah angkat Kaki dari Lahan konsesi hutan tanaman industri PT.WKS atau mengakui HGU PT.RKK telah gugur.

Akan tetapi yang menguasai ex HGU RKK sampai saat ini bukanlah PT.WKS melainkan Koperasi Fajar Pagi mitra dari PT.RKK yang seharusnya juga otomatis angkat kaki.

Sedangkan 4 Kelompok Tani Hutan (KTH) yang ingin mewujudkan program Presiden Jokowidodo tentang Perhutanan Sosial telah melakukan aksi jalan kaki mulai dari Jambi sampai Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutan Republik Indonesia (KLHK) untuk mendapatkan akses mengelola mantan HGU PT.RKK yang berada dalam Kawasan Hutan.

Aksi jalan kaki Petani 4 KTH Kumpeh disambut hangat oleh KLHK dengan berjanji akan memberikan akses kepada Petani 4 KTH ketika HGU PT.RKK dibatalkan Oleh Kementrian ATR/BPN yang sampai saat ini HGU itu belum dibatalkan.

Untuk memperoleh akses Perhutanan Sosial Petani 4 KTH telah melakukan Aksi unjuk rasa kesetiap instansi di pemerintahan Provinsi Jambi akan tetapi tidak ada satupun resolusi atas tuntutan Petani 4 KTH Kumpe hingga Membuat para petani geram dan melakukan pendudakan di ex HGU PT.RKK yang seharusnya status tanah qou atau kembali dikuasai negara seperti tercantum dalam UUD 1945 Pasal 33 Ayat 3.

Dan konflik semakin memanas hingga pada saat ini dimana terjadi Penangkapan Paksa terhadap Petani 4 KTH Kumpe yang tidak sesuai dengan Prosedur Hukum dilakukan Polda Jambi.

Tindakan Kriminalisasi dan diskriminasi Polda Jambi jelas terlihat ketika penangkapan Petani 4 KTH masif dan kepada pihak koperasi Fajar Pagi yang legalitasnya tidak memiki kejelasan dilakukan pembiaran untuk menguasai ex HGU PT. RKK.

Dari dua Konflik Agraria di Provinsi Jambi tersebut melahirkan sebuah pertanyaan layakkah Polda Jambi Mendapatkan penghargaan Pin Emas dari Kementrian ATR/BPN Dan dapatkah Polda Jambi mempertanggungjawabkan penghargaan tersebut sesuai dengan fakta yang terjadi?

Penulis berharap Penyematan Pin Emas oleh Kementrian ATR/BPN bisa menjadi pukulan bagi Polda Jambi bukan karena keberhasilan akan tetapi kegagalan Polda Jambi Menerapkan Prsesisi Maupun Visi-Misi Polri.

Sebab dimulai 13 Oktober sampai saat ini Perwakilan Petani 4 KTH Kumpe masih melakukakan unjuk rasa di Jakarta sebagai tempat Pemerintahan Pusat.

Dan juga penulis berharap ditangan Mantan Panglima TNI selaku Mentri ATR/BPN harus tegak lurus dengan Keadilan supaya Jargon-jargon berantas mafia tanah bukan hanya sebatas bunyi-bunyian.
#Tanah Untuk Rakyat
#Bebaskan 12 Petani 4 KTH Kumpeh.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *