Dengan mempertimbangkan pergerakan nilai tukar rupiah dan inflasi yang tetap terjaga, Bank Indonesia (BI) berpotensi untuk menurunkan suku bunga acuannya mulai kuartal II/2024. Seperti yang telah diproyeksikan tahun lalu oleh Ekonom Senior PT Mirae Asset, Rully Wisnubroto, BI diperkirakan akan mengurangi suku bunga acuannya pada kuartal II/2024. Menurutnya, proyeksi ini disebabkan oleh penilaian baru terkait dengan pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.
Dalam dua kesempatan, yaitu pada bulan Desember 2023 dan Januari 2024, Dewan Gubernur Bank Indonesia memutuskan untuk mempertahankan BI-Rate sebesar 6%. Langkah ini diambil untuk memperkuat nilai tukar rupiah dan memastikan inflasi tetap terkendali sesuai sasaran yang ditetapkan. Menurut Direktur Eksekutif Segara Research Institute, Piter Abdullah Redjalam, pada bulan September 2023 yang lalu di Wisma Bisnis Indonesia, beliau menyampaikan bahwa tekanan terhadap nilai tukar rupiah telah mengalami penurunan. Peter Abdullah juga memprediksi bahwa inflasi akan turun kurang lebih 3%. sehingga tidak ada dorongan yang signifikan bagi BI untuk tetap mempertahankan suku bunga di level tinggi.
Prediksi penurunan suku bunga ini tentu merupakan peluang bagi perekonomian Indonesia. Langkah ini dapat membawa dampak yang signifikan bagi perekonomian.
Berikut adalah beberapa dampak positif yang dapat terjadi:
1. Dorongan Pertumbuhan: Penurunan suku bunga dapat mendorong pertumbuhan ekonomi dengan memudahkan akses kredit bagi masyarakat dan bisnis.
Ketika suku bunga turun, biaya pinjaman dari bank juga menurun. Ini berarti masyarakat dan bisnis dapat meminjam uang dengan bunga yang lebih rendah. Kondisi ini memudahkan mereka untuk memperoleh modal yang diperlukan untuk berinvestasi, memperluas usaha, atau membeli rumah dan kendaraan. Dengan akses kredit yang lebih terjangkau, sektor usaha dapat tumbuh lebih cepat, menciptakan lapangan kerja, dan meningkatkan kontribusi terhadap perekonomian.
Penurunan suku bunga juga dapat merangsang konsumsi masyarakat. Ketika suku bunga kredit turun, cicilan kredit menjadi lebih ringan, sehingga masyarakat lebih berdaya beli. Ini dapat meningkatkan permintaan terhadap barang dan jasa, yang pada gilirannya mendorong pertumbuhan sektor ritel dan industri.
2. Nilai Tukar Rupiah: Mata uang rupiah dapat menguat karena ketertarikan investor asing yang mencari imbal hasil lebih baik.
Ketika BI menurunkan suku bunga, diferensial suku bunga antara Indonesia dan negara lain menjadi lebih kecil. Investor asing yang mencari imbal hasil lebih baik akan tertarik untuk berinvestasi di Indonesia. Permintaan terhadap rupiah meningkat, yang dapat menguatkan nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing.
3. Efek pada Investasi: Investor perlu mempertimbangkan dampak suku bunga rendah terhadap investasi saham dan properti.
Suku bunga yang lebih rendah dapat mendorong investasi dalam proyek-proyek besar seperti infrastruktur, perumahan, dan industri. Perusahaan dapat meminjam dengan biaya yang lebih rendah untuk memperluas produksi, membangun pabrik, atau mengembangkan bisnis. Investasi ini berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan.
4. Imbal Hasil Surat Utang Indonesia Naik.
Penyusutan suku bunga acuan ini akan menguntungkan investor karena dapat membuat imbal hasil surat utang Indonesia menjadi bertambah. Pasalnya, dengan suku bunga BI yang lebih rendah, surat utang Indonesia dapat mengecilkan selisih bunga atau imbal hasil dengan surat utang Amerika Serikat (AS). Imbal hasil dari surat utang Indonesia dianggap semakin menarik karena mengikuti tingkat suku bunga di negara-negara maju.
5. Pengangguran: Mengurangi jumlah pengangguran.
Suku bunga yang lebih rendah mendorong perusahaan untuk mengambil pinjaman dengan biaya bunga yang lebih terjangkau. Ini memungkinkan perusahaan untuk memperluas operasi mereka, membuka cabang baru, atau meningkatkan produksi. Suku bunga yang lebih rendah juga dapat mendorong perusahaan untuk menggaji lebih banyak karyawan atau memperluas operasi mereka. Ini berpotensi mengurangi tingkat pengangguran.
Namun, perlu diingat bahwa efek suku bunga rendah tidak selalu linier dan dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor ekonomi dan kebijakan. Meskipun penurunan suku bunga dapat memberikan dampak positif yang signifikan, terdapat beberapa hal yang perlu diwaspadai saat suku bunga menurun, diantaranya :
1. Inflasi berlebih: BI harus memastikan bahwa penurunan suku bunga tidak memicu inflasi yang berlebihan. Jika suku bunga terlalu rendah, ini dapat memicu inflasi berlebihan. Mengapa? Suku bunga rendah mendorong masyarakat dan bisnis untuk meminjam lebih banyak uang. Ini meningkatkan permintaan terhadap barang dan jasa, yang pada gilirannya dapat menyebabkan kenaikan harga. Suku bunga yang terlalu rendah juga dapat mengurangi biaya pinjaman bagi perusahaan. Jika biaya produksi perusahaan turun, mereka mungkin tidak ragu untuk menaikkan harga produk mereka, yang berkontribusi pada inflasi.
2. Depresiasi Mata Uang: Penurunan suku bunga dapat menyebabkan depresiasi nilai mata uang. Investor mungkin lebih memilih untuk menempatkan investasinya di negara lain yang menawarkan tingkat pengembalian yang lebih tinggi.
3. Risiko Kredit: Suku bunga rendah dapat mendorong orang untuk mengambil pinjaman. Namun, jika tidak dikelola dengan baik, ini dapat meningkatkan risiko kredit dan mengakibatkan kredit macet. Oleh karena itu, penurunan suku bunga juga harus diimbangi dengan pengawasan ketat untuk menghindari risiko kredit yang berlebihan.
4. Dampak pada Dana Pensiun: Suku bunga rendah dapat mempengaruhi hasil investasi dana pensiun. Investor harus mempertimbangkan alternatif investasi yang lebih menguntungkan untuk menjaga keberlanjutan dana pensiun mereka.
Dalam menghadapi penurunan suku bunga, penting bagi pemerintah dan pelaku ekonomi untuk memantau dan mengelola suku bunga dengan bijaksana untuk mencapai tujuan dan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
Penulis: Shofiyatul Hidayah/ Magister Pendidikan Ekonomi Universitas Negeri Jakarta (UNJ)