Kasus dugaan penyalahgunaan dana nasabah Bank Jambi yang mengalir ke praktik judi online merupakan alarm keras bagi sistem keuangan daerah. Uang rakyat yang seharusnya dikelola dengan amanah justru bocor dan berpindah ke situs judi. Ini bukan lagi saatnya bersembunyi di balik istilah “oknum.” Kita harus berani menyebutnya apa adanya: sistem pengawasan gagal, dan manajemen bank turut bertanggung jawab.
Sudah sepatutnya Gubernur Jambi, sebagai pemegang saham utama, tidak tinggal diam. Diam berarti membiarkan. Dan membiarkan berarti ikut bertanggung jawab. Sikap tegas dari pemegang saham sangat dibutuhkan untuk mengembalikan marwah Bank Jambi sebagai lembaga keuangan daerah yang sehat, bersih, dan amanah.
Ini bukan sekadar peristiwa kriminal biasa—ini adalah titik nadir dari reputasi dan kepercayaan publik terhadap lembaga keuangan daerah. Ketika uang rakyat yang dipercayakan pada bank justru bocor melalui tangan internal untuk aktivitas ilegal, maka yang rusak bukan hanya sistem, tetapi juga moral institusi.
Mahasiswa Universitas Jambi telah menyuarakan apa yang semestinya menjadi perhatian semua pihak: copot direksi dan komisaris Bank Jambi sekarang juga. Bukan besok, bukan setelah rapat, bukan menunggu audit yang bisa direkayasa.
Bank adalah simbol akuntabilitas dan profesionalisme. Jika keduanya hilang, maka tidak ada lagi alasan bagi jajaran direksi dan komisaris untuk dipertahankan. Kasus ini membuktikan adanya kegagalan pengawasan struktural, kelumpuhan fungsi manajerial, dan kelalaian yang fatal. Dan dalam hukum kepercayaan publik, kelalaian seperti ini sudah cukup untuk menumbangkan seluruh pucuk pimpinan.
Apa gunanya sistem digital jika tidak mampu mendeteksi transaksi mencurigakan? Apa gunanya komisaris jika hanya hadir di rapat tanpa tahu apa yang sebenarnya terjadi? Apa gunanya direksi jika sistem internal bisa dibobol dari dalam, dan uang nasabah bisa berpindah ke situs judi?
Ini bukan lagi soal mencari kambing hitam. Ini soal tanggung jawab. Sistem telah gagal, dan semua yang berada di dalamnya harus bertanggung jawab.
Sudah saatnya pemegang saham dan elit daerah bertindak. Jika tidak, maka rakyat akan menarik kepercayaan—bukan hanya dari bank ini, tetapi dari seluruh sistem pengelolaan keuangan daerah. Skandal ini adalah momen pengingat bahwa kepercayaan publik bukanlah aset yang bisa dipermainkan. Begitu rusak, tidak ada sistem digital atau iklan citra yang bisa mengembalikannya.