Dalam satu bulan terahir hampir seluruh pulau di Indonesia mengalami penurunan kualitas udara, mulai dari Jakarta, Kalimantan, hingga ke Sumatera. Hingga hari ini Jakarta berada di urutan ke-5 paling berbahaya di Dunia menurut Indeks kualitas udara (AQI). Ternyata penyebabnya sangat beragam kebanyakan berasal dari material berdebu hasil pembakaran industri, emisi kendaraan bermotor, ditambah asap kebakaran hutan dan lahan.
Demikian hal nya dengan provinsi jambi, yang juga diselimuti kabut asap. Hingga pada senin (4/9) Kualitas udara di Jambi menjadi terburuk nomor satu di Indonesia berdasarkan data situs pemantau kualitas udara IQAir sebesar 184. Angka 184 tersebut masuk dalam kategori “merah”, artinya, kualitas udara tidak sehat.
Sedangkan hari ini (6/9) dikutip dari website indeks kualitas udara (AQI) Jambi kualitas udara pagi ini mencapai angka 158 dan hal ini tergolong tidak sehat. Yang menjadi sumber polutan utama di provinsi jambi yaitu PM2.5. Particulate Matter (PM2.5) adalah partikel udara yang berukuran lebih kecil dari atau sama dengan 2.5 µm (mikrometer). Sumber utama PM2,5 adalah pembakaran, asap rokok, memasak dengan kayu bakar dan aktivitas pertanian.
berdasarkan studi epidemiologi PM2,5 lebih berbahaya dari PM10 dan TSP, karena dapat menyusup jauh dalam area alveoli paru-paru manusia. Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Provinsi Jambi menilai kualitas udara menurun karena kebakaran hutan dan lahan (karhutla). Turunnya kualitas udara di Kota Jambi disebabkan kebakaran hutan dan lahan di Sumatera Selatan dan beberapa kabupaten di Provinsi Jambi yang kemudian asap bergerak ke Kota Jambi karena perputaran angina. Ternyata Kebakaran yang terjadi di Jambi ini bukan hanya terdapat di daerah lahan warga saja, tetapi juga di kawasan hutan. Lahan di hutan itu terbakar diduga karena adanya pembukaan lahan secara ilegal Tanjung Jabung Barat.
Hal ini sangat memprihatinkan sekali karena melihat kondisi tanah di wilayah Tanjung Jabung Barat yang di dominasi oleh lahan gambut yang tentunya membuat api mudah menyebar serta sulit di padamkan. Ditambah lagi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Jambi memprediksi puncak musim kemarau di Provinsi Jambi berlangsung selama September ini. Berdasarkan informasi yang di terima Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Jambi mengerahkan empat unit helikopter untuk membantu pemadaman kebakaran hutan dan lahan di Jambi di mana keempat helikopter itu terdiri dari dua heli water bombing dan patroli.
Penulis dalam hal ini sangat menyayangkan kurang cepatnya pemerintah bergerak menyelesaikan permasalahan ini, sehingga nantinya bisa berdampak buruk bagi kesehatan dan menghambat aktivitas masyarakat kota jambi. Dimana pada tahun 2019 provinsi jambi pernah penuh sesak akibat kabut asap dan kurang gercep nya pihak pemerintah.
Terdapat beberapa himbauan dari pemerintah dan penulis kepada kita untuk selalu menggunakan masker bila sedang melakukan aktifitas di luar atau jalan agar terhindar dari polusi udara dan banyak mengkonsumsi air putih.
Penulis : Esteria Tamba Mahasiswi Ilmu Politik Universitas Jambi