Distrikberita-Kebakaran Hutan dan Lahan (karhutla) masih terjadi di beberapa wilayah di Indonesia sampai hari ini, Sabtu (7/10/2023). Menurut Direktur Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Laksmi Dewanti, pihaknya tengah memaksimalkan penanganan karhutla.
“Setiap harinya kami evaluasi data iklim dan cuaca. Catatan sebaran hot spot langsung direspons dengan langkah konkret, supaya hot spot tidak jadi fire spot,” katanya saat media gathering di kompleks kantor KLHK Jakarta, Sabtu. Hingga sekarang, ia menyambung, ada tujuh provinsi yang berstatus darurat karhutla.
“Tercatat ada 7.307 titik hot spot (sampai Sabtu pagi). Angka ini naik signifikan dibandingkan periode yang sama tahun lalu dengan jumlah hot spot 1.139,” sebutnya, menegaskan bahwa tidak semua hot spot akan berakhir jadi titik api bila ditangani dengan cepat dan tepat.
Walau api masih berkobar di beberapa wilayah, merujuk Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU), kondisinya mulai “melandai,” Laksmi mengklaim. Ia pun membahas isu kabut asap lintas batas, yang sebelumnya dituduhkan Malaysia.
Hingga Sabtu pagi, berdasarkan data ASEAN Specialized Meteorological Center (ASMC) dan satelit Himawari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), “belum terjadi asap lintas batas.” Laksmi menjelaskan, “Karhutla terjadi di Sumsel, Jambi, Kalsel, dan Kalteng (yang titik apinya masih terdeteksi sampai sekarang), tapi arah anginnya ke tenggara, lalu barat laut atau utara, jadi tidak ada kabut asap lintas batas.”
Kendati belum terdeteksi, merujuk klaim berkali KLHK, pihaknya mengaku terus mencermati kondisi ini. “Memang ada potensi (kabut asap lintas batas), tapi sampai tadi pagi belum terdeteksi,” ujar dia.
Laksmi melanjutkan, “Kita perlu bersandar pada data dan fakta. Kami memang tidak memantau kondisi di sana (Malaysia dan Singapura), tapi (kesimpulan) kami berbasis sains dan data, supaya mudah ditelusuri dan dibuktikan.”
Ia juga mengklaim bahwa pihaknya “terbuka dengan apa yang kami lakukan.” “Data BMKG bisa dilihat, apalagi ASMC yang berbasis di Singapura. (Sesuai prosedur), upaya tanggap darurat dilakukan secara nasional dulu baru regional,” ia menyebut.
Bergandengan tangan dengan sejumlah pihak, KLHK mengaku terus berupaya menangani karhutla di Indonesia, mulai dari pemadaman darat, water bombing jalur udara, memanfaatkan teknologi rekayasa cuaca, pembasahan lahan gambut yang dinilai sebagai “bahan bakar” api, sampai memantau hot spot secara intensif.
Ketersediaan sumber air khususnya jadi kendala dalam menangani karhutla karena cuaca kering telah membuatnya mengering. Karena itu, pengeboran sumur dilakukan bila memungkinkan.
Menurut pihaknya, penanganan karhutla tidak hanya bersifat responsif, namun juga pencegahan. Direktorat Jenderal Penegakkan Hukum Lingkungan Hidup dan Kehutanan KLHK, Rasio Ridho Sani, mengatakan bahwa pemantauan terus dilakukan dari tahun ke tahun, terutama di bulan-bulan kering.
“Sejak Januari 2023, kami terus memonitor (potensi) hot spot di Indonesia,” ia menyebut di kesempatan yang sama.